Berisi tentang cerita, foto, video, hoby, Aktivitas, dalam perjalanan petualang dan pencari pengalaman

6/16/23

Wae Rebo : Kampung Adat Di Pedalaman Flores

12:53 AM 2
Trip kita di hari ke 7 dan 8 di Wae Rebo : Kampung Adat Di Pedalaman Flores. ini masih bagian dari Ekplore Flores - komodo bersama tim Jala Man Nusantara. Kampung adat Wae Rebo, awal pertama saya mendengar dan melihat tentang kampung ini melalui foto yang dibagikan di jejaring sosial, rasa kagum dan penasaran bagaimana keadaan kampung tersebut menjadi penasaran tersendiri dibenakku. Akhirnya pada kesempatan ini rasa penasaran sayapun terjawab sudah, puji syukur selalu dipanjatkan atas rezeki yang dilimpahkan Allah SWT, sehingga saya dapat menginjakan kaki ke tanah kampung Wae Rebo ini. 

Setelah kita eksplore Bajawa di kampung Bena dan sawah jaring laba laba di cancar, Ruteng, Manggarai. Perjalanan kita lanjutkan menuju kampung Wae Rebo : Kampung Adat Di Pedalaman Flores. Dalam trip jelajah kampung Wae Rebo : Kampung Adat Di Pedalaman Flores. Kita cukup banyak mendapatkan PHP (pemberi Harapan Palsu), karena apa? Ya karena banyak sekali sebab pertama ternyata semua penghuni mobil elf yang kami sewa, belum ada yang perna ke desa Wae rebo, Baik itu sopir maupun kernet, apalagi kita peserta trip yang baru kali ini menginjakan kaki di Flores. 

Selanjutnya dari rencana awal, tidak sesuai perhitungan dari tim leader kita, bahwa kita sampai di Denge (kampung terdekat dengan Wae rebo) sekitar sore atau menjelang malam, tetapi ternyata kita tiba malam sudah larut lewat jam 10 malam, cukup lelah. Ternyata kampung  Adat Wae Rebo memang berada Di Pedalaman Flores sehingga cukup jauh untuk dijangkau baik menggunakan mobil yang dilanjutkan tracking ke pedalaman hutannya. 

PHP selanjutnya rencana kita akan tracking ke desa Wae Rebo malam hari dan bermalam di desa itu, akhirnya tidak jadi karena sudah kemalaman tiba di Denge (kampung terdekat dengan Wae rebo). PHP Selanjutnya sepanjang jalan kita sering sekali bertanya kepada warga atau sopir yang sempat kita temui, yang pertanyaan selalu: ini benar jalur ke wae rebo /Denge?  dan berapa lama lagi kita ke Wae Rebo?  Dari berbagai jawaban selalu bervariasi, ada yang jawab ya, sekitar 1 jam, setengah jam, 20 menit, 45 menit, 2 jam bermacam-macam. Trus ada yang jawab 20 km, 10 kiloan lagi, ada yang jawab 30 km, 11 km, bervariasi juga, akhirnya kitapun selalu menjadi guyonan "aduh kita di PHP nih" akhirnya berbagai macam candapun sudah keluar dari mulut masing masing personil untuk menghilangkan kejenuhan di dalam mobil elf malam itu. Waerebo banyak PHP. Kondisi sudah malam, perut juga sudah kosong, cemilan sudah habis. Niat mencari warung makan, sepanjang jalan hingga sampai di Denge tidak menemukan warung makan, sudah pokoknya full PHP. sungguh penuh dengan drama PHP saat ekplore  Wae Rebo : Kampung Adat Di Pedalaman Flores. 

Rute Menuju Wae Rebo
Kampung Wae Rebo terletak di 1085 mdpl, berhawa sejuk dan dikeliling hutan serta perkebunan kopi. Wae Rebo merupakan Kampung Adat Di Pedalaman Flores. Perjalanan menuju kampung Waerebo cukup lama, kami yang sebelumnya dari Cancar sekitar jam 4an WITA ternyata tiba di Wae rebo hampir jam 10 WITA malam. Dilihat dari kondisi jalan memang jalan aspal namun ada yang berlobang dan ada yang halus, tetapi rata2 badan jalannya cukup kecil, hanya muat sekitar 1 mobil besar, beberapa kali bis kita harus berhenti dan mencari tempat yang pas, saat berpapasan dengan mobil lain. Jelajah Wae Rebo : Kampung Adat Di Pedalaman Flores perlu adany pengorbanan dan persiapan jangan sampai korban PHP. Semua harus hati-hati banyak jalan berliku dan melewati jurang, serta pesisir laut, umumnya kendaraan dapat mencapai ke Kampung Denge (379 mdpl).  Terdapat 1 jembatan yang kondisinya rusak, dimana kita satu mobil harus turun untuk mengurangi beban mobil. Semoga segera diperbaiki sarana dan prasarananya. 

Selanjutnya kita tiba di Denge (Kampung Terakhir menuju Wae Rebo) langsung ke rumah pusat informasi wisatawan, yang ternyata disana juga sebagai penginapan/homestay. Letaknya Samping SD Denge. Malam itu kita langsung disambut oleh bapak Blasius Monta yang ternyata putra daerah desa Wae rebo yang kesehariannya adalah seorang guru SD. Sehingga eksplore kita kampung Wae Rebo : Kampung Adat Di Pedalaman Flores dapat terfasilitasi. 

Untuk mencapai kampung Wae Rebo Setelah dari Denge, harus tracking jalan kaki selama 3-4 jam menanjak melalui hutan hingga tiba di desa tersebut. Ingat ya Wae Rebo : Kampung Adat Di Pedalaman Flores, jadi jangan berekpektasi bisa sampai tanpa jalan kaki, butuh tracking. Tamu hanya diterima di Wae rebo hanya siang hari saja, namun jika kondisi mendesak atas izin Bapak Blasius, kemungkinan dapat dilakukan tracking malam. 

Tata Cara Memasuki kampung Wae Rebo
Berdasarkan info dari bapak Blasius, untuk mencapai kampung Wae rebo harus jalan kaki sepanjang 9 km dari Denge, kondisi rute 4 km jalan aspal dan 5 km jalan setapak menanjak. Wae Rebo : Kampung Adat Di Pedalaman Flores. Dalam menuju ke kampung Wae rebo harus didamping oleh porter ataupun sebagai pembawa tamu, porter akan disiapkan oleh Bapak Blasius. Porter tersebut akan memandu tamu hingga pulang kembali ke Denge /penginapan. Saat mendekati tiba di kampung Wae Rebo, akan tiba di rumah peristirahat sementara, disana porter akan membunyikan kentongan, bukti bahwa ada tamu akan datang ke kampung tersebut. Di rumah ini kampung Waerebo sudah terlihat.

Selanjutkan kita turun hingga ke pintu masuk kampung, peraturan disana, jika sampai di desa tersebut belum diizinkan untuk beraktivitas di kampung itu tetapi harUs diterima dulu di rumah besar / utama oleh ketua adat Wae rebo, kita memberikan mahar sesuai dengan peraturan Wae rebo. setelah penerimaan tersebut, semua tamu sudah berstatus penduduk Wae rebo, selanjutnya dari rumah besar lanjut ke rumah tamu untuk melakukan regestrasi penerima tamu/pembayaran. Setelah itu kitapun sudah bisa berfoto, berinteraksi dengan warga dan aktivitas lainnya. 

Biaya yang dikeluarkan Selama di Wae Rebo
Menurut kami biaya yang dikeluarkan untuk berwisata ke kampung ini tergolong mahal karena : 
1. Biaya masuk ke kampung Wae Rebo jika menginap semalam Rp. 325.000 per orang, jika hanya datang hari terus pulang /tektok Rp. 200.000 per orang 

2. Biaya porter  Rp.200.000 per porter per group. Pulang pergi.  

3. Biaya menginap di homestay:  Rp. 200.000 per orang, walaupun satu kamar diisi 2 orang. Termasuk 2 kali makan. 

4. Makan tambahan Rp.35.000 per orang  kopi/teh Rp.5000 per gelas 

5. Serah terima ke ketua adat : per group untuk 1-2 orang : Rp.20.000, 3-6 orang  : Rp. 50.000, 7 orang ke atas : Rp.100.000

Pada acara khusus acara adat harganya lebih mahal lagi acara penti :Rp. 450.000 per orang per malam Mbata : Rp.250.000 per pentas  acaranya biasanya dilaksanakan pada tanggal  setiap16 November. Mengapa mahal karena Wae Rebo : Kampung Adat Di Pedalaman Flores.

Sejarah Wae Rebo  
Berdasrkan informasi yang saya peroleh dari Bapak Blasius Monta, Asal usul nenek moyang suku Wae rebo adalah dari Minangkabau, Sumatera Barat, dahulu nenek moyang tersebut berlayar hingga terdampar di Sekitaran Flores, kemudian dari pantai melihat ada kepulan asap dari laut tersebut hingga ke tempat asal kepulan asap tersebut yang sekarang kampung Todo. dahulu nenek moyang tersebut dua beradik, kakak akhirnya pindah ke Wae rebo. Hingga turun temurun sampai sekarang. sedangkan adik juga turun temurun di kampung Todo. Sekarang ini pemimpin adat  Wae rebo merupakan Generasi ke 18, tapi bahkan ada yang sudah generasi ke 20, sedangkan bapak  Blasius Monta adalah generasi ke 17. masih dari pernyataan bapak Blasius, semua keturunan Wae rebo memiliki kesempatan untuk menjadi pemimpin adat. tetapi dipilih oleh pemimpin sebelumnya, cara memilihnya, orang tua / pemimpin sebelumnya melihat dari talent anak mudanya calon pemimpin tersebut. Lama memimpin adat di Waerebo tidak ada batasan selama sang pemimpin mampu.  Untuk adat perkawinan di suku ini laki yang paling tua menikah dengan wanita dan tinggal disana.

Di Kampung Wae Rebo terdapat 8 rumah adat yang berbentuk krucut, dimana pada  rumah utama di huni 8 kepala keluarga sedangkan yang lain dihuni 6 kepala keluarga, jadi  total ekitar 200 orang warga yang ada di rumah adat di Wae Rebo.
Masyarakat Wae Rebo mayoritas penganut agama katolik dan berpendapatan sebagai petani kopi, kopi Wae Rebo termasuk kopi terbaik di Indonesia.

Demikianlah sekelumit pengalaman kami selama di Kampung Wae Rebo, Flores Nusa Tenggara Timur selanjutnya trip kita ke Labuhan bajo. 

Kenangan yang Manis di Labuhan Bajo

12:29 AM 2
Pemandangan Di Labuhan Bajo Flores 
Cerita selanjutnya perjalanan kami dalam ekplore Flores - Komodo yaitu dalam bingkai "Kenangan yang Manis di Labuhan Bajo". Setelah perjalanan jauh selama kurang lebih 6 jam, dari kampung Waerebo akhirnya kita tiba di Labuhan Bajo tepatnya pukul sekitar 8 malam. Di Kota Labuhan Bajo ini lokasi yang kita tuju adalah penginapan yang sebelum sudah dibooking oleh tim leader, Bang Emaniel yaitu penginapan BajoView. 

Dalam kondisi remang-remang malam itu, kita turun dari mobil minibus yang sudah menghantarkan kita keliling sebagian wilayah pulau Flores. Semua membalut kisah yang menjadi kenangan manis dan indah saat jelajah Flores untuk kita kenang dimasa depan. Setelah turun dari mininus kita langsung menuju ke penginapan Bajo View. Penginapan ini terletak dibagian atas di Kota Labuhan Bajo. Setelah masuk di penginapan Bajo View. Ternyata penginapan ini dengan khas tersendiri karena tidak seperti penginapan biasanya yang mana para tamu tinggal di kamar. Akan tetapi di penginapan ini tinggal atau tidur dalam tenda. Tenda-tenda buat sedemikian rupa, yang mana dalam 1 tenda terdapat 2 tempat kasur serta dilengkapi colokan buat charger dan 1 kipas angin. Cukup unik penginapan ini yang menjadi bagian manis kenangan kami di Labuhan Bajo. 

Lanjut cerita kenangan yang manis di Labuhan Bajo "Silahkan teman-teman pilih tenda masing-masing yang tendanya terbuka" seru Leader kita. Sembari menyusuri lorong antar tenda di penginapan Bajo View. Saya langsung tertuju satu tenda yang sudah siap dan cukup bersih. Terdengar seruan teman "eh disini tidak ada colokan chargernya" sayapun langsung cek terminal colokan charger, tentunya perangkat elektronik kita sudah pada sekarat atau low baterai

Saya langsung coba colakan charger, dan ternyata tidak dapat disambung ke HP alias tidak menyala. Sayapun langsung keluar tenda dan menyambangi tenda didepannya yang masih terbuka. Saya cobakan charge dicolokan listrik di dalam tenda tersebut.  Ternyata menyala tersambung dengan HP. Saya langsung ambil tas dan barang yang lain untuk pindah ke tenda. "kok pindah" sahut mas Anto yang baru datang dan mencari tempat, disana colokan listriknya tidak lancar. Beliau juga meminta untuk satu tenda dengan saya, langsung saya persilahkan. Ketika itu dia langsung rebahan, seperti cape dan menahan sakit. Ujar beliau "kepala saya sakit sekali"  saya balas "sakit kenapa", dia bilang tidak tau. Langsung saya tawarkan obat sakit kepala dan beliau segera meminumnya. Diapun langsung tidur. 
Foto Almarhun Ibnu Haj, saat mencari tempat tidur di penginapan Bajo View.
penampakan dalam tenda di Penginapan di Bajo View  
Malam itu, setelah selesai bersih-bersih diri.  Sebagian teman-teman sudah duduk di bagian khusus view di penginapan ini. Kita kembali bersera obrol tentang perjalanan dan rencana trip selanjutnya. Ada beberapa teman tidak ikut gabung karena sudah cape dan butuh istirahat. Malam itu kenangan manis selama Labuhan Bajo begitu indah dengan pemandangan lampu kemerlipan di laut sekitaran Labuhan bajo. Ingin sekali menikmati Indahnya malam di  Labuhan Bajo hingga larut malam. Tetapi dikarena lelah kamipun segera menuju tenda masing-,masing dan  tertidur pulas hingga pagi hari. 

Pagi-pagi kita sudah bangun. Saya lihat teman-teman sudah segar, begitu juga dengan Anto.  Setelah bersiap-siap langsung check out dari penginapan yang khas ala tenda ini.  Beberapa kali saya mengambil foto lanscape ketika berada di penginapan ini. Pemandangan pantai serta pelabuhan yang mempesona di pagi itu sebagai bagian dari Kenangan yang Manis di Labuhan Bajo. Selanjutkan kami segera bergegas menuju pelabuhan untuk melanjutkan trip ke kawasan Taman Nasional Komodo. Perahu yang kami booking sudah menghubungi dan menunggu di pelabuhan. silahkan simak artikel - artikel perjalanan kami dalam menjelajah Flores - Komodo dalam Jala Mana Nusantara berikut ini : 
di depan pintu masuk Pelabuhan Labuhan Bajo
Bagi Kami  Kota Labuhan Bajo merupakan kota kenangan yang berada paling barat di pulau Flores. Kota pantai yang paling dekat dengan Kawasan Taman Nasional Komodo. Tempat transit dan akses utama para wisatawan yang berkunjung ke Pulau Komodo dan sekitarnya. Di kota ini sudah terdapat pelabuhan kapal feri, bandara, serta sudah mulai banyak di bangun hotel. Di kota Labuhan Bajo sudah banyak penginapan dari kelas backpacker hingga eksklusif.  Pelabuhannya dan pusat kuliner serta cafe -cafe sudah lengkap.  Di sini sudah banyak bule hilir mudik, nongkrong dan aktivitas yang lainnya. Kota ini masih terus berbenah menjadi kota wisata. Dari pernyataan teman trip saya Mbak Sri Purbahaya (traveler Indonesia asal Bali) dulu di tahun 2012 berkunjung ke kota ini belum se-maju sekarang, beliau menyampaikan bangunan-bangunan megah serta pemukiman tidak serapat sekarang. Cepat sekali perkembangannya. Waw emejingg...

"Menurutku kedepannya seperti legian kute di pulau Bali. Karena yang saya lihat banyaknya wisatawan asing dan cafe-cafe yang ada di Kota ini". lanjut cerita mba Sri. Untuk mencapai kota Labuhan Bajo dapat melalui via kapal laut atau via pesawat terbang. Jarak bandara ke kota tidak begitu jauh kurang dari 5 km, dari bandara ke kota Labuhan bajo dapat menggunakan angkutan umum atau dengan ojek yang banyak di depan pintu keluar bandara. 
Masjid megah di Tengah Kota Labuhan Bajo
Beberapa catatan indah yang manis dan seru selama di Kota Labuhan Bajo ini dari kami para backpacker yang tergabung dalam Group Jala Mana Nusantara, yang berjumlah 12 orang.  Saya rangkum dalam point-point berikut ini, Kenangan yang Manis di Labuhan Bajo:

1.) Kita tinggal di Kota ini sekitar  5 hari 5 malam, walaupun ada yang tinggal 6 hari. Dari tiap malamnya kami pindah-pindah penginapan, dimulai di penginapan Bajo View, terus Hotel pelangi, Hotel Bajo, dan hotel mutiara. Manisnya masing masing penginapan dengan kesan tersendiri, angkut career sana kemari.  Setelah trip sailing Komodo kami kembali ke Kota Labuhan Bajo, pada saat tiba di kota ini lagi, salah satu teman sudah mencari dan memboking penginapan yaitu hotel pelangi. Di hotel ini ada sewa kamar yang paling murah dengan permalam perkamar 150 ribu, kita mengambil itu tetapi hanya satu malam saja dengan alasan kurang recomended kita pindah ke hotel bajo dimana di hotel ini ada kamar paling murah 200 ribu yang dapat diisi 2 orang. Akan tetapi karena malam selanjutnya sudah di booking  tamu lain jadi kita malam selanjutnya pindah ke hotel mutiara dengan harga perkamar sama 200 ribu.  Kedua hotel terakhir sangat rekomendasi bagi para backpacker karena murah dan nyaman serta sudah AC, kamar mandi dalam. Pengalaman pindah-pindah penginapan di kota Labuhan Baju menjadi cerita untuk group trip kali ini dimana menginap 4 penginapan berbeda yaitu: bajo view, pelangi hotel, hotel bajo dan mutiara hotel. 

2.) Makan di pelabuhan dan makna padang, beberapa kali kita pada saat akan sailing membeli nasi bungkus di depan pintu pelabuhan. Selain harganya murah, 10 ribu satu bungkus juga rasanya tidak mengecewakan. Bahkan menjadi bekal kami di kapal, dengan membeli nasi bungkus tersebut. Selain nasi bungkus, nasi padang menjadi primadona kami, karena butuh energi lebih, alternatif nasi padang adalah pilihan. Beberapa kali nasi padang menjadi goyunan kami, karena ada tingkah dari teman trip yang pagi-pagi subuh sudah keluyuran mencari nasi padang. Dikarenakan kelaparan, bahkan sampai menunggu warungnya buka. Hahaha..ayoo siapakah itu?? 

3.) Untuk pertama kali, saya dan beberapa teman muslim. Kami mengikuti sholat idul adha di Lapangan Sepak Bola di Kota ini, tepatnya di depan hotel Pelangi,  keadaan lapangan penuh oleh para jemaah dan hikmat. Tahun ini kami berhari raya Idul Adha di kota Labuhan Bajo. bagi saya sangat kenangan yang manis, sahabat trip menjadi keluarga dalam hari raya ini. 

4.) Adanya kelucuan dimana ada penghargaan miss komodo jala mana nusantara, dimana selain penghargaan tersebut ada kelucuan dengan nominasi-nominasi sebegai berikut:  miss eaty (peserta trip yang makan dan makan lagi, ya bisa jadi kerjaannya utamkan makan), miss complent (selam trip banyak komplen baik ke sesama trip atau kepada tempat yang dikunjungi), miss laty (telat mulu bahkan hampir ditinggal karena suka menghilang dan telat), miss kuli (bawaan barang banyak dan kuat kayak kuli serta suka membawakan barang teman-temannya) miss sleepy (kerjanya tidur mulu) dan miss bikini (jika saat mandi di laut atau di pantai hanya pakai cancut doang). Dalam perjalanan trip ini, bahkan dalam senda gurau tertentu selalu julukan ini muncul ke personal yang ditujukan tersebut.  Kalau saya jadi miss apa ya? hehe, Jadi malu?? teman teman juluki saya miss best costume. kenapa ya? gara-garanya pakaian yang saya pake, agak asing bagi mereka, bahkan kata mereka lucu. tapi saya enjoy aja dengan pakaian tsb mumpung tidak didepan mahasiswaku..coba kalian lihat video-video trip kita pakaian saya best ngga? ckckck.. 

5.) Kelucuan yang lain dari candaan dan banyolan teman-teman yang tidak memandang perbedaan menjadi suasana lebih akrab. Dari kebiasaan teman yang tidur ngorok yang disatukan dalam satu kamar, teman yang suka curhat digabungkan dengan teman yang suka mendengarkan curhat, pokoknya dari berbeda-beda tetap satu jua. NKRI banget dah, dari beda pulau, beda kota, beda profesi, beda kebiasaan, beda suku, beda ras, beda agama kita satu dalam balutan JALA MANA NUSANTARA yang terungkap saat kita di "Kenangan yang Manis di Labuhan Bajo"

Setelah di Kota Labuhan Bajo kita lanjut trip Sailing Komodo. dimulai ke Pulau Padar. Jangan lupa simak artikel selanjutnya saat kita Pulau Padar: Pulau Terindah Di Dunia
Simak Video berikut ini keindahan alam flores dan Taman Nasional Komodo: dalam frame: Kisahku Trip 14 Hari Jelajah Flores - Labuhan Bajo - Pulau Komodo

Bermain Kelelawar dan Menikmati Surga di Riung 17 Pulau, Flores

12:26 AM 0
Trip hari ke 5 dan ke 6 dalam ekplore Flores - Komodo. Kami berkunjung ke Riung 17 pulau. Tajuk cerita perjalanan kita kali ini adalah Bermain Kelelawar dan Menikmati Surga di Riung 17 Pulau, Flores. Perjalanan menuju Riung dari kota Ende, siang start di situs bersejarah yaitu di rumah pengasingan Bung Karno. Dari situs bersejarah itu kita langsung dengan mobil minibus elf hingga sampai di tepi pantai Selagus dermaga di Riung. Setelah tiba di Riung, Kita langsung menghubungi bapak pemilik penginapan yang ternyata penginapannya di tepi pantai dan depannya dermaga. Bentuk penginapannya meyerupai kapal yang sedang bersandar di tepi pantai. Sore itu kita langsung ke penginapan dan istirahat. Penginapan disini biaya semalam 100 ribu per kamar. 

Malam itu kita tidak banyak kegiatan, kita lebih memilih istirahat. Untuk mempersiapkan trip esok hari. Setelah tidur cukup nyenyak. Subuh harinya kami sudah bangun dan siap untuk berangkat mengeksplore pulau - pulau yang ada di Riung. Daerah ini dikenal dengan taman wisata laut Riung 17 pulau. Dari informasi pemilik penginapan sebenarnya disini terdapat totalnya 23 pulau, tetapi untuk wisatanya terdapat 17 pulau. Disini terkenal dengan lautnya yang tenang serta bisa  bermain kelelawar dan menikmati surga di Riung 17 Pulau. Letak taman laut riung ini berada dibagian utara pulau Flores. 

Dalam trip ini kita sempat berdiskusi dengan pemilik perahu yang kami sewa, untuk mengeksplore semua pulau butuh waktu yang banyak, dalam sehari tidak akan dapat terjangkau semua. Akhirnya kami berdiskusi dan sepakat untuk berkunjung ke pulau yang paling bagus, yang disitu disebutkan olehnya adalah pulau Rutong, pulau tiga dan jika ada waktu kita lanjut ke pulang kelelawar. Kamipun menyewa peralatan snorkling dengan pihak pemilik kapal, sehingga tidak perlu repot membawa peralatan pribadi jika dari luar daerah.

Trip hari itu setelah sarapan kita berangkat dari dermaga riung ke pulau Rutong, kurang lebih setengah jam kami sudah sampai di pulau Rutong. Suasana pantai yang indah dengan pesona pantai pasir putih diiringin ombak yang tenang seolah-olah menyambut kami dengan sangat bersahabat di pulau ini. Selanjutnya kami melakukan tracking ke puncak pulau tersebut hingga pemandangan yang spektakuler membuat saya terhanyut dengan surga dunia ini. Selfi, foto dan video kami mainkan. Waw luar biasa indahnya. Kali ini Saya bertakbir takjub akan indah pemandangan di waktu mentari mulai menaik tersebut. 

Setelah puas kami dipuncak pulau Rutong, kami turun ke pantai untuk memulai melakukan snorkling. Pesona dan surga bawah laut di pulau itu sungguh indahnya. Saking belum puasnya saya bermain dengan biota laut di pulau tersebut, saya ditinggalkan oleh teman teman yang sudah mendarat terlebih dahulu. Sempat beberapa ingatan dari teman untuk jangan snorklingan sendiri. Hiks padahal pengen lama lagi disana tapi temen temen yang ninggalin kok.. Hehe ngeles Nihh.. 

Selanjutnya setelah dari pulau Rutong kami menuju ke Pulau Kelelawar. Kurang lebih setengah jam kami sampai di pulau ini, dari kejauhan sudah tampak kelelawar besar / kalong bergelantungan di pohon pohon bakau di pulau tersebut. Saat kapal mulai menepi, kalongpun mulai berterbangan, ditambah banyak lagi dengan adanya suara siulan pemilik kapal, kelelawar berterbangan makin banyak. Hingga teman kamipun berteriak teriak membuat lebih dahsyat lagi kelelawar terbang bak hamburan kertas hitam di udara.

Setelah puas di pulau kelelawar kamipun segera menepi menuju penginapan karena kita akan melanjutkan trip eksplore Flores menuju ke Bajawa. Simak trip selanjutnya. Menikmati Sensasi Kopi Flores di Kampung Bena
berikut ini video kami selama di lokasi ini: 
Riung Taman Laut 17 Pulau Paradise di Utara Flores
  

Simak artikel yang lain tentang jelajah Flores bersama Jala Mana Nusantara 


Pulau Padar: Pulau Terindah Di Dunia

12:14 AM 1
Setelah bermalam di Labuhan Bajo, kami lanjutkan untuk trip sailing Komodo. Trip jelajah Komodo kami di hari ke 9 ini, diawali berkunjung ke pulau yang sering sekali muncul di foto-foto sosial media, bahkan menjadi icon, Taman Nasional Komodo, yaitu Pulau Padar : Pulau Terindah Di Dunia. Pulau yang memiliki kontur dan bentuk yang indah menjadi sensasi yang luar biasa bagi saya. Menurutku tidak salah jika dikatakan pulau terindah di Dunia. 

Kami ke Pulau Padar atau pulau terindah di Dunia ini dengan menyewa kapal kecil yang bemuatan sekitar 20 orang, seharga Rp 5.500.000 selama 2 hari satu malam. Selanjutnya kami bermalam di rumah warga plus makan. Itu harga setelah nego dengan pihak kapal. Dengan menggunakan perahu yang ukuran kecil ini, Saat menuju Pulau Padar sempat ada rasa khawatir karena ukuran kecil dan kecepatannya lambat. Beberapa kali saya memperhatikan ada pusaran air yang bentuknya melingkar dilewati kapal kami, namun alhamdulilah sekitar 3 jam di kapal kami sampai juga di pulau Padar yang sangat indah ini. Pulau terindah di dunia yang perna saya temui. 

Topografi dari pulau padar sangat khas dan menarik, pertama memiliki tanjung dan teluk yang banyak, yang seakan membentuk seakan jari jari tangan. Pulau ini memiliki pantai dengan pasir putih yang merona dengan warna air laut yang berlapis, bening, hijau, hingga biru. Bukit - bukit pada pulau ini juga memiliki tektur puncak bertonjolan yang unik dengan warna rerumputan menambah kontras warna sangat indah. Dari foto-foto sudah sangat indah apalagi setelah menginjakan kaki di Pulau Padar ini. Pokoknya benar-benar real Pulau Terindah Di Dunia. Tidak salah jika Taman nasional Komodo adalah salah satu keajaiban alam di dunia.

Pulau Padar ini juga tidak banyak ditumbuhi oleh pepohonan melainkan padang rumput savana. Saya merasakan rasa spektakuler ketika berada di salah satu puncuk pulau Padar ini. Akhirnya terbesit dibenakku inilah pulau terindah di dunia ini yang perna aku injak dan lihat dengan mata kepalaku. Karena pemandangannya yang menakjubkan.

Subhanallah indahnya, Pulau Padar Pulau terindah Di Dunia sayapun berkali kali mengabadikan foto di pulau ini. Bahkan karena kurang puasnya sayapun merekam menjadi video. Video Pulau Padar: Pulau Terindah Di Dunia dapat ditonton pada bagian bawa artikel ini.

Di Pulau Padar: Pulau Terindah Di Dunia ini, Untuk mencapai puncak dan dapat melihat pemandangan sekitar butuh menanjak sekitar 15 menit, saat menanjak harus hati - hati karena banyak batu berbagai ukuran. Namun kelelahan yang dirasakan akan terbayar dengan pemandangan yang super indah ini.

Berdasarkan info yang saya dapatkan dari pemilik kapal bahwa di pulau Padar ini walaupun terindah di Dunia, tetapi perlu waspada karena terdapat beberapa ekor Komodo, sehingga ketika di puncak saya disarankan jangan berteduh dibawa batu batu di, karena ditakutkan ada komodo sedang sembunyi. Tentukan kawatir diserang oleh binatang yang memiliki racun bakteri yang sangat berbahaya di air liurnya.

Setelah cukup puas di puncak Pulau Padar: Pulau Terindah Di Dunia  ini  kamipun bersegera untuk turun karena tidak tahan akan teriknya matahari menyengat kulit. Sehingga sangat disarankan ke pulau ini pada pagi sekali atau menjelang sore. 
Kami berkunjung saat itu pada siang hari dan musim kemarau, bayangkan betapa panasnya. 

Setelah dari Pulau Terindah Di Dunia,  pulau Padar ini kami melanjutkan ke pulau Komodo dan menginap di rumah penduduk di pulau Komodo, lengkapnya silahkan kunjungi .....
Saksikan Video serunya selama di Pulau Terindah Di Dunia  ini

6/15/23

Pulau Gili Lawa : Bukit, Rumput Savana, Pantai dan Laut, Spot Wisata di Labuhan Bajo

11:54 PM 0
Cerita perjalanan kita dalam jelajah Flores - Komodo bersama tim Jala mana nusantara, berlanjut ke Pulau Gili Lawa Darat, dengan tajuk Pulau Gili Lawa: Bukit, Rumput Savana, Pantai dan Laut, Spot Wisata di Labuhan Bajo. Pengalaman pribadi ketika menginjakan kaki ke Gili Lawa, rasa haru dan takjub akan indahnya ciptaan yang maha kuasa. Ketika kapal merapat ke pantai di tepi Gili Lawa ini, sudah disajikan indahnya pantai dengan pasir putih. Kemudian, Saya melihat perbukitan yang dipenuhi oleh rumput perdu yang sudah menguning karena masim kemarau. Team Leader, dengan semangat 86 ayo kita naik ke puncak. Saya masih terkagum-kagum dengan pemandangan sekitar begitu Indah, ternyata sudah diajak untuk naik ke puncak di Pulau Gili Lawa ini. Saya bersama armarhum Ibnu haj dengan semangat juang 45 menyusuri jalan setapak menuju puncak bukit gili lawa.  Walau medan tracking melelahkan di tengah terik mentari namun semua terbayar sudah dengan keindahan alam Gili Lawa di Taman Nasional Komodo ini. 

Pulau Gili lawa dengan pemandangan khas bukit, rumput savana, pantai dan laut. Jika anda berkunjung ke labuhan Bajo dan Taman Nasional Komodo, tidak lengkap jika anda tidak mengunjungi atau menginjakan kaki ke Pulau gili Lawa ini. Sensasi surga dunia akan anda rasakan ketika berada di Pulau gili lawa ini apalagi ketika sudah sampai puncak di gili lawa ini. Rerumputan khas savana dengan angin yang menyentuh sejuk dibalik terik sang mentari, dengan mata dimanjahkan pemandangan laut yang membiru dan pasir yang putih kemilau. Selanjutnya bukit yang mempesona, tidak jemu jemunya ketika berada di pulau puncak gili lawa ini.  Sungguh begitu indahnya sensasi ini di pulau Gili Lawa, Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur. 

Pemandangan di pulau Gili Lawa menjadi icon tersendiri untuk kunjungan wisata ke Taman Nasional Komodo. Pulau Gili Lawa ini tidak kalah eksotik dengan pulau padar dan pulau kelor di kawasan ini. Sebelum berkunjung ke Pulau Gili Lawa : Bukit, Rumput Savana, Pantai dan Laut, Spot Wisata di Labuhan Bajo. Ada baiknya Simak video keindahan pulau ini berikut ini sebagai referensi untuk mengisi liburan anda  serta ancang-ancang tenaga yang harus dipersiapkan untuk mencapai puncak Pulau Gili lawa: 

Pemnadangan saat diatas Pulau Gili Lawa  terlihat indah  Bukit, Rumput Savana, Pantai dan Laut,  bagian dari Spot Wisata di Labuhan Bajo

Simak artikel rangkaian cerita perjalanan kami saat jelajah Flores - Komodo  bersama Jala Mana Nusantara:  
2. Pengalaman Disesatkan di Bandara Ngurah Rai Denpasar Bali.3. Perjalanan Backpacker Dari Bali Ke Maumare : Pertama Menginjakan Kaki Di Flores.4. Pulau Koja Doi : Pulau Tumpukan Batu yang Fantastik di Flores5. Pulau Pangabatang Utara Maumere Flores; Syahdu Berteduh dan Pasir Putih.
4. Tanjung Kajowulu : Emas Berkilau di Barat Maumere.5. Pantai Koka di Sikka  Flores : Eksotiknya Tidak tergantikan 6. Desa Jopu Wolowaru, Ende, Flores: Khasana Budaya, Mandi Air Panas dan Makan Sirih.7. Trip Danau Kelimutu : Bau Itu, Sedih Itu, dan Bahagia Kita8. Kota Ende : Maboknya Petualang, Sedapnya Sambal Dabu dan Tragedi Tas Biru Zaqi9. Bermain Kelelawar dan Menikmati Surga di Riung 17 Pulau, Flores10. Menikmati Sensasi Kopi Flores di Kampung Bena11. Sawah Jaring Laba-Laba Di Cancar Pulau Flores Sebagai Lambang Persatuan12. Waerebo : Kampung Adat Di Pedalam Flores13. Kenangan yang Manis di Labuhan Bajo14. Pulau Padar, Pesona pulau Terindah Di Dunia15. Menginjakan Kaki Di Pulau Hewan Purba : Komodo16. Pulau Gili Lawa : Bukit, Rumput Savana, Pantai dan Laut,  Spot Wisata di Labuhan Bajo17. Pulau Burung Dan Pulau Sabolo Di Labuhan Bajo Nusa Tenggara Timur